BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-ubah.
Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil
interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsure tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistic) sehingga
manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Oleh
karena itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan menimbulkan usaha
penyesuaian secara fisik atau somatic. Demikian pula apabila terjadi gangguan
pada unsure rohani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara psikologis. Usaha
yang dilakukan organism untuk mengatasi stress agar terjadi keseimbangan
yang terus-menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat mempertahankan hidup
dinamakan homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis
adalah stress. Apabila kita mampu mengatasi keadaan stress, perilaku kita
cenderung berorientasi pada tugas (task oriented), yang intinya
untuk menghadapi tuntutan keadaan. Namun, apabila stress mengancam perasaan,
kemampuan, dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada orientasi pembelaan
ego (ego defence-oriented). Penyesuaian yang berorientasi pada
tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut
“mekanisme pertahanan diri atau MPE = Mekanisme Pertahanan/Pembelaan Ego (
Ego defence mechanism)”.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apa stres dan adaptasi itu ?
·
Apa saja stres dan adaptasi pada siklus
kehidupan perempuan dan penanggulangannya?
·
Apa mekanisme koping itu?
·
Apa perbedaan stres dan gangguan jiwa?
1.3 Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah
Keterampilan Dasar Kebidanan I dan untuk lebih mengetahui tentang apa itu stres
dan adaptasi itu.
BAB II
STRES DAN ADAPTASI
2.1 Stres
2.1.1
Pengertian Stres
Dewasa
ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu
cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola
hidup, moral, dan etika. Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola
hidup social religius berubah individualistis, materialistis, dan sekuler; pola
hidup produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah; dan ambisi karier yang
menganut asas moral dan etika hukum ke cara KKN.
Perubahan
psikososial dapat merupakan tekanan mental ( stressor psikososial ) sehingga
bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha
beradaptasi untuk menanggulanginya. Stresor psikososial, seperti perceraian
karena tidak diamalkannya kehidupan religious dalam rumah tangga, masalah orang
tua dengan banyaknya kenakalan remaja, dll.
1. “Stres adalah reaksi atau
respons tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban
kehidupan)” ( Hawari, 2001).
2. “Stres adalah suatu
kekuatan yang mendesak atau mencekam; yang menimbulkan suatu ketegangan dalam
diri seseorang “ (Heerdjan, 1987).
3. Secara umum, yang dimaksud
“Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan,
perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”.
4. “Stres adalah segala
masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu
keseimbangan kita” ( Maramis, 1999).
5. Menurut Cornelli,
sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud “Stres
adalah ganguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individu di dalam lingkungan tersebut”.
Kesimpulan:
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran
akibat tekanan, perubahan, ketegangan, emosi dan lain-lain yang menimbulkan
dampak pada fisik dan psikologi seseorang.
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Stres
A. Faktor biologisà Herediter, konstitusi
tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal.
B. Faktor psikoedukatif/sosio
culturalà Perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang
mempengaruhi
2.1.3 Penggolongan Stres
Apabila
ditinjau dari penyebab stress, menurut Sri Kusmiati Desminiarti (1990), dapat
digolongkan sebagai berikut.
1. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau
temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang
terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
2. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa
kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
3. Stres mikrobiologik,
disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang menimbulkan penyakit’
4. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan
struktur , fungsi jaringan, organ atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi
tubuh tidak normal.
5. Stres proses pertumbuhan
dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
bayi hingga tua.
6. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal, social, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Grand (2000), stress ditinjau
dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Penyebab makro, yaitu menyangkut
peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka
batin, dan kebangkrutan.
2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut
peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban
pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
2.1.4 Sumber Stres Psikologis
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau
penyebab stress psikologis, yaitu :
1. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan
karena ada aral melintang, misalnya apabila ada perawat Puskesmas lulusan SPK
bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus puskesmas, tetapi tidak
diizinkan oleh istri/suami, tidak punya biaya, dan sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat intrinsic (cacat
badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian
orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan
lain-lain).
1. Konflik
Timbulnya karena tidak bisa memilih antara dua
atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach
conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-avoidance conflict.
1. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari.
Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma
yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya
orang tua menuntut anaknya agar di sekolah selalu ranking satu atau istri
menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
1. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang
menimbulkan stress pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi,
kecelakaan, dan penyakit yang harus segera dioperasi.
Keadaan stress dapat terjadi beberapa sebab
sekaligus, misalnya frustasi, konflik, dan tekanan.
2.1.5 Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres
Respon
stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya stres yang
menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan kelelahan, beragam
masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal.
1. Respon Fisik
o Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat
laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
Ubanan(rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
o Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya
kalau membaca tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot
bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus
lensa mata.
o Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara
berdenging (tinitus).
o Ekspresi
wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi
berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk
senyum/tertawa dan
o Mulut
Mulut dan bibir terasa
kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan
seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena
otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa “tercekik”.
o Kulit
Pada orang yang mengalami
stres reaksi kulit bermacam-macam; pada kulit dari sebahagian tubuh terasa
panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang
berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit
lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria
(biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat
(basah).
o Sistem
Pernafasan
Pernafasan seseorang yang
sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak
disebabkan terjadi penyempitanpada saluran pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan
otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak
atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga
ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma
bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas paruparu juga
mengalami spasme.
o Sistem
Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh
darah atau kardiovaskuler dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya,
jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau
menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah
atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari
tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain
daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril)
atau sebaliknya terasa “dingin”.
o Sistem
Pencernaan
Orang yang mengalami stres
seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung
terasa kembung, mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan
pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya
sering diare.
o Sistem
Perkemihan.
Orang yang sedang menderita
stres faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan
orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya,
meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
o Sistem
Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma
dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculoskeletal).
Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti
ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu keluhan-keluhan pada
tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila
menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini
sebagai keluhan ”pegal-linu”.
o Sistem
Endokrin
Gangguan pada sistem
endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang
meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan
menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal
lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan
rasa sakit (dysmenorrhoe).
1. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis
dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik juga dapat mempengaruhi
fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi faktor
psikologis pada masa lalu yang disebut psikosomatis (psychosomatic)
atau psikofisiologis.
·
Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres,
kemampuan bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa
dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.
2.1.6 Mekanisme Terjadinya Stres
Mekanisme terjadinya stress
dan pengaruhnya terhadap pikiran dan tubuh.
Setiap kali ada ransangan/
perubahan yang dirasakan oleh panca indra kita, maka melalui syaraf2 panca
indra tersebut mengirimkan signyal ke Hypophyse (berada di dasar otak) sebagai
alaram selanjutnya mengirimkan signyalnya ke kelenjar anak ginjal untuk
melepaskan hormone Adrenalin dan Cortisol,
Cortisol ini meningkatkan gula darah yang terutama digunakan otak (berfikir/mengatur),
selain itu fungsi cortisol untuk meningkatkan persediaan bahan perbaikan sel2
tubuh, system kekebalan tubuh, reproduksi dan pertumbuhan serta merangsang
beberapa kelenjar tubuh lainnya untuk peroses metabolisme
sedangkan Adrenaline meningkatkan denyut jantung , dan peningkatan tekanan
darah dan juga meningkatkan pasokan energi.
Jika pikiran dan tubuh selalu cemas karena stres yang berlebihan setiap hari,lama kelamaan tubuh akan menghadapi masalah-masalah kesehatan serius.Tubuh sebagai Hardwire akan bekerja terus menerus dalam kondisi tidak normal/ overload yang akhirnya dapat menyebabkan:
Jika pikiran dan tubuh selalu cemas karena stres yang berlebihan setiap hari,lama kelamaan tubuh akan menghadapi masalah-masalah kesehatan serius.Tubuh sebagai Hardwire akan bekerja terus menerus dalam kondisi tidak normal/ overload yang akhirnya dapat menyebabkan:
Gangguan jantung
Masalah tidur
Masalah pencernaan
Depresi
Obesitas
pelemahan Memori/ingatan
Masalah tidur
Masalah pencernaan
Depresi
Obesitas
pelemahan Memori/ingatan
Kelainan
pada kulit seperti eksim dan lain-lain,Dengan adanya kelainanan
-kelainan pada tubuh tadi (dirasakan) menyebabkan kekewatiran , memicu
pemikiran2 yang tidak rasional.
Stimulasi
atau stress. Reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang
cepat, penurunan aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis
membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung,
perlambatan pernapasan, meningkatkan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan
yang berkelanjutan terhadap sistem simpatis menimbulkan respon stress yang
berulang-ulang dan menempatkan sistem otonom pada ketidakseimbangan.
Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting bagi kesehatan tubuh.
Kelenjar
adrenal berisi dua daerah yang berbeda, bagian dalam atau medulla yang
mensekresi adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dan lapisan
luar atau korteks yang mensekresi kortikosteroid mineral (aldosteron) dan
glukokortikoid (kortisol). Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung
pada sistem otonom untuk merangsang respon yang segera terhadap stress. Sistem
otonom sendiri diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom
terbagi dua yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung
jawab terhadap adanya 18
2.2
Adaptasi
2.2.1
Pengertian Adaptasi
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme
penyesuaian diri, antara lain :
1. W.A.Gerungan (1996)
menybutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan
diri)”. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
(autoplastis), misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan
norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila
individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri,
sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan desa ingin mengubah
perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai dengan manajemen laktasi.
2. Menurut Heerdjan (1987),
“Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan
dan hambatan”. Adaptasi merupakan pertahanan yang di dapat sejak lahir atau
diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi
stress dapat berupa membatasi tempat terjadinya stress, mengurangi, atau
menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang
berorientasi pada tugas (task oriented).
Kesimpulan :
Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan
hambatan dari persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.
2.3
Stres dan Adaptasi pada Siklus Kehidupan Perempuan dan
Penanggulangannya
Penanggulangannya
Perempuan adalah individu
yang seringkali berperan ganda sehingga pada perempuan sering kali mudah
terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa hamil, masa nifas, masa
menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus kehidupan wanita.
2.3.1
Pada Masa Remaja
Masa remaja bisa disebut sebagai puncak stress
seseorang. Disinilah masa dimana pertentangan antara naluri keremajaannya
berbenturan dengan peraturan, konflik, tuntutan, dominasi, keluarga dan
lingkungan. Peralihan masa dari jiwa kanak-kanak yang labil menuju jiwa yang
lebih dewasa. Di masa remaja inilah stress yang akan menentukan tingkat
kedewasaan seseorang.
Berikut adalah contoh kasus dari stres pada
remaja :
|
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGAN
|
FISIK
|
^Pada masa pubertas:
-Perempuan :
*Menarche(menstruasi pertama)
*Payudara menjadi membesar
(tanpa ada pendidikan seks oleh orang
tua)
|
Respon si anak remaja baru : kebingungan,
cemas , ketakutan yang berlebihan, timbulnya rasa malu, berhayal
|
Pemberian pendidikan seks terhadap anak yang
memasuki usia remaja, dan memberi penjelasan bahwa perubahan tersebut adalah
hal yang normal sehingga tidak perlu remaja tersebut stres dan perlu adanya
perbedaan perlakuan terhadap tubuh, contohnya pada wanita yang harus memakai
miniset/bra karena payudaranya mulai berkembang.
|
PSIKO-
LOGI
|
^Kekangan berlebihan pergaulan dari orang tua
(overprotective)
^Putus cinta
^Kegagalan Pendidikan (ujian)
^broken home
|
sakit kepala, cemas, mudah marah, pemurung,
sedih berlebihan, menangis, nafsu makan berkurang, gangguan tidur,frustasi,
putusasa, bunuh diri
|
^datang ke psikolog
^support/perhatian yang lebih dari pihak
keluarga dan orang2 sekitar
^lebih mendekatkan diri kepada Allah (agama)
^positive thinking
|
2.3.2 Pada Masa Pranikah
Penyebab Terjadinya Sindrom
Pranikah:
1. Belum benar-benar siap
untuk menikah.
2. Belum siap untuk punya
anak.
3. Kedua calon mempelai
membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang tanpa belajar untuk siap
menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang kelak menikah dengannya,
akibatnya menjelang pernikahan berlangsung muncul rasa gamang dan ragu terhadap
pasangannya.
4. Kejenuhan pada salah satu
calon mempelai atau keduanya.
Contoh kasus :
|
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGAN
|
PSIKO-
LOGI |
^pertengkaran karena adanya perbedaan pendapat
antara pasangan yang akan menikah tentang pernikahan mereka
^ terlalu banyak campur aduk calon pengantin
pada proses persiapan pernikahan
^tidak siap untuk menikah
|
Timbul keraguan pada calon suami/istri, cemas,
sulit tidur, sedih, bimbang, kelelahan hingga jatuh sakit, emosi tinggi,
sesak nafas
|
^berkomunikasi dengan baik
^saling menghargai dan menghormati ^bantuan dari pihak keluarga dalam mempersiapkan nya ^bersikap lebih dewasa menerima kekurangan dan kelebihan calon suami/istri ^saling introfeksi diri |
2.3.3 Pada Masa
Kehamilan
·
Trimester pertama : timbul
fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini
mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
·
Trimester kedua :
fluktuasi emosional sudah
mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih berfokus pada
berbagai perubahantubuh yang terjadi
selama kehamilan,
kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah
dengan bayi yang
dikandungnya.
·
Trimester ketiga :
berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan prosespersalinan sehingga wanita hamilsangat emosional dalam upaya
mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.
Kehamilan bagi keluarga dan khususnya
seorang wanita merupakan
peristiwa yang penting, meskipun demikiankehamilan juga
merupakan saat – saat krisis bagi keluarga di mana terjadi perubahan identitas dan peran
ibu, ayah,
serta anggota keluarga lainnya.
1. Menerima
kehamilannya
Kehamilan dapat
sebagai :
1. Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh situasi atau oleh tahap perkembangan.
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh situasi atau oleh tahap perkembangan.
2. Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan masalah psikologis dan interpersonal yang nyata. Setiap perubahan yang terjadi pada seseorang dapat merupakan stresor. Kehamilan membawa perubahan yang signifikan pada ibu sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga mempengaruhi psikologis anggota keluarga lainnya.
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan masalah psikologis dan interpersonal yang nyata. Setiap perubahan yang terjadi pada seseorang dapat merupakan stresor. Kehamilan membawa perubahan yang signifikan pada ibu sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga mempengaruhi psikologis anggota keluarga lainnya.
3. Transisiperan
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya
Terjadi perubahan interaksi rutin dalam keluarga, dengan adanya
anggota keluarga yang
baru sehingga terjadi perubahan peran
masing-masing anggota keluarga; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya.
Perubahan psikologis selama kehamilan terjadi
oleh karena semakin bertambahnya usia kehamilan dan
adanya adaptasi peran
barunya. Tahapan perubahan peran selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah sebagai
berikut:
1. Tahap
antisipasi atau anticipatory stage
Tahap
antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan
peran yang diasumsikan pasangan (suami/istri) berkaitan dengan fantasi. Wanita akan mengawali peran
barunya dengan merubah peran sosialnya melalui latihan informal dan informasi melalui model peran.
Meningkatnya frekuensi interaksi dengan yang lainnya
akan mempercepat prosesadaptasi dalam penerimaan
peran barunya sebagai ibu.
2. Tahap honeymoon atau honeymoon
stage
Tahap honeymoon merupakan
tahap dimana wanita mengasumsikan
peran yang harus ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap
sikap yang dibutuhkan untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada tahap
ini, wanita sudah
dapat menerima peran barunya dengan cara menyesuaikan diri dan muncul kebutuhan
akan kasih sayang baik
ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang
mempengaruhi tahapan honeymoon adalah
kesiapan menghadapi kelahiran bayinya
serta dukungan dari
orang-orang terdekat.
3. Tahap
stabil atau plautau stage
Tahap
stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat melihat
penampilan dalam peran barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan apakah
peran yang akan ditampilkan adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada
bagaimana mereka atau yang lainnya membentuk peran yang harus
ditampilkan. Wanita hamil akan
melakukankegiatan–kegiatan yang positif dan
berfokus pada kehamilannya dan hal yang berguna bagi kesehatankeluarga.
4. Tahap akhir
atau disengagement/termination stage
Tahap
ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan pada kehamilan berakhir
setelahprosespersalinan selanjutnya
pasangan memasuki tahap peran lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap
perjanjian. Perjanjian ini dilakukan agar wanita hamil sedapat mungkin
menepati janjinya yang berkaitan dengan peran barunya kelak.
Contoh kasus :
|
PERUBAHAN/KASUS
|
RESPON STRES
|
PENANGGULANGAN
|
FISIK
|
^perubahan bentuk tubuh yang membesar karena
perkembangan kehamilan
^mual dan muntah
^nutrisi yang lebih untuk perkembangan si
janin
^payudara membesar
|
Resah, tidak PD, minder, malu, tidak
menginginkan kehamilannya, sakit kepala, sedih, mudah marah, ketidak nyamanan
pada ibu, sulit tidur, mudah tersinggung
|
^menyadari bahwa kehamilan itu adalah suatu
anugrah dan suatu hal yang membanggakan
^konsultasi kepada bidan
^perhatian yang lebih dari suami dan pihak
keluarga agar tidak stres
^melakukan aktifitas ringan yang membuat ibu
hamil merasa senang ; senam ibu hamil
|
PSIKO-LOGI
|
^Perubahan peran(Menjadi ibu baru)
^kehidupan seksual pada masa kehamilan
^interaksi dengan janin yang dikandung
^rutin memeriksakan kehamilan ke
posyandu/bidan
^ingin perhatian lebih; meminta sesuatu yang
aneh-aneh(ngidam)
^akan mengalami proses persalinan
|
Binggung, resah, tidak PD, sulit tidur, mudah
marah, mudah tersinggung, sakit kepala, sedih, takut
|
^meminta penjelasan kepada bidan tentang apa
yang ibu hamil tidak ketahui
^perhatian yang lebih dari keluarga dan suami,
dampingi selalu
^meyakini bahwa berinteraksi dengan janin yang
dikandung adalah suatu hal yang menyenangkan
^meyakini bahwa melahirkan adalah suatu yang
biasa bagi para wanita dan tidak perlu di takuti
|
2.3.4 Pada Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami
stress pasca persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat
membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut
·
Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan
lancarnya masa transisi menjadi orang tua
·
Respons dan dukungan dari keluarga dan teman
dekat
·
Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan
sebelumnya
·
Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil
juga melahirkan
Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang
terjadi pada tiga tahap berikut ini
1. Taking in
period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu
masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, focus perhatian pada
tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2. Taking
hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya daalm menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang di
alami ibu.
3. Letting
go period
Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu
mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa
nifas adalah sebagai berikut :
·
Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering
menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.
·
Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera
distabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukan rasa simpati,
mengakui dan menghargai ibu.
·
Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian,
ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagian ibu, serta
menghibur bila ibu terlihat sedih.
Psikososial
Depresi post partum sering terjadi pada masa
ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis menderita depresi post partum.
Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering dijumpai pada msa post
partum (gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk dketahui secara pasti,
namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini (green dan
adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum diindonesia sendiri juga belum
dapat diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya lembaga
terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada
penderita depresi post partum adalah sebagai berikut
§ Perasaan sedih dan kecewa
§ Sering menangis
§ Merasa gelisah dan cemas
§ Kehilangan ketertarika
terhadap hal-hal yang menyenangkan
§ Nafsu makan menurun
§ Kehilangan energy dan
motivasi untuk melakukan sesuatu
§ Tidak bias tidur atau
insomnia
§ Perasaan bersalah dan putus
harapan (hopelees)
§ Penurunan atau peningkatan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan
§ Memperlihatkan penurunan
untuk mengurus bayinya
Penyebab depresi postpartum sendiri belum
diketahui secara pasti (gorrie, 1998). Namun, beberapa hal yang dicurigai
sebagai factor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai
berikut.
·
Perubahan hormonal yang cepat.hormon yang
terkait dengan terjadinya depresi postpartum adalh prolaktin, steroid,
progesterone, dan estrogen.
·
Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH
(pregnancy-induced hypertention), diabetes mellitus, atau disfungsi tiroid.
·
Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik,
baik pada diri ibu maupun pada dalam keluarga
·
Karakter pribadi seperti harga diri rendah
ataupun ketidakdewasaan
·
Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan
membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya support system
·
Marah dengan kehamilannya (unwanted pregnancy)
·
Merasa terisolasi
·
Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap
masalh keuangan keluarga, dan melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit
Beberapa intervensi berikut dapat membantu
seseorang wanita terbebas dari ancaman depresi setelah melahirkan
·
Pelajari diri sendiri
·
Tidur dan makan yang cukup
·
Olahraga
·
Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah
melahirkan
·
Beritahukan perasaan anda
·
Dukungan keluarga dan orang lain di perlukan
·
Persiapkan diri dengan baik
·
Lakukan pekerjaan rumah tangga
·
Dukungan emosional
·
Dukungan kelompok depresi postpartum
Post partum blues
Postpartum
blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran
bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas
dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama
setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil
menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya
yang disebut Postpartum Blues.
Penyebab Postpartum Blues
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues
sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan
terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang
berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan
estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian
depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur
dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses
kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial
ibu
5. Takut kehilangan bayinya
atau kecewa dengan bayinya.
Gejala
Postpartum Blues
Gejala – gejala postpartum blues tampak dari perubahan
sikap seorang ibu yang baru melahirkan, antara lain: mudah tersinggung
(iritabilitas), menangis dengan tiba-tiba, cemas yang berlebihan, mood yang
labil, clouding of consciousness, gangguan selera makan, merasa tidak bahagia,
tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak bergairah khususnya terhadap
hal-hal yang semula sangat diminatinya, sulit berkonsentrasi dan membuat
keputusan.
Kesedihan dan duka cita
Proses kehilangan menurut Klaus dan kennel
(1982) meliputi tahapan
1. Shock (lupa peristiwa)
2. Denial (menolak, ‘’apakah
ini bayiku?’’)
3. Depresi (menangis, sedih,
‘’kanapa saya?’’)
4. Equilibrium dan acceptance
(penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang kronis)
5. Reorganization(dukungan
mutual antar orang tua)
·
Respons terhadap bayi cacat yang mungkin muncul
·
Fantasi anak normal vs kenyataan
·
Shock, tidak percaya, menolak
·
Frustasi, marah
·
Menarik diri
2.3.5 Pada Masa Menyusui
Masa
menyusui terkadang menjadi masa yang membuat stres ibu, banyak gangguan dan
perubahan pada fisik dan psikologi pada ibu yang menyusui,contohnya pada
payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah
lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah perdarahan dan merangsang
produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu
jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein,
sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI ini
sangat bagus untuk bayi.
2.3.6 Pada Masa Menopause/Klimaksterium
Selama
menopause, wanita menghadapi perubahan-perubahan psikososial dalam hal konsep
diri, transisi karir (pekerjaan), seksualitas dan keluarga. Perubahan-perubahan
ini dapat menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka (Potter
& Perry, 1992). Namun demikian, stress tidak hanya menimbulkan dampak
negatif, tetapi juga dampak positif. Apakah dampak itu positif atau negatif
tergantung pada bagaimana seorang wanita menopause memandang dan
mengendalikannya (Kuntjoro, 2002). Selain itu, apakah wanita menganggap
menopause sebagai bagian dari suatu kehidupan yang wajar dan harus dialami
sebagai sesuatu yang menandakan masa kehidupan yang baru dan lebih baik, maka gejala-gejala
yang berkaitan dengan menopause tidak akan terlalu berat dan tidak akan
menimbulkan kekacauan dalam keluarga (Gunarsa, 2002).
Masa
menopause sering bertepatan dengan keadaan menegangkan dalam kehidupan wanita
seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, anak meninggalkan
rumah. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala fisik dan Wanita menopause akan
mengalami kestabilan emosi. Jika mereka mudah beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause. Apabila seorang wanita
tidak siap mental menghadapi masa menopause dan lingkungan psikososial tidak
memberi dukungan yang positif, maka akan berakibat tidak baik terhadap
kesehatan wanita menopause tersebut (Maspaitela, 2004).
A. Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut
sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah
sebagai berikut :
·
Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
·
Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan
primitif.
·
Pemindahan(displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
·
Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
·
Identifikasi(identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
·
Intelektualisasi(intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
·
Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan
melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam
struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.
·
Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
·
Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
·
Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
·
Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang
bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.
·
Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
·
Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
·
Pemisahan(splitting)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.
·
Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
·
Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.
·
Undoing
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitive
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan primitive
2.5
Perbedaan Stres dan Gangguan Jiwa
·
Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi
menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam di individu maupun dari
lingkungannya. Bila proses adaptasi berhasil dan stresor yang dihadapi dapat
diatasi secara memadai, maka tidak akan timbul stres. Baru bila gagal dan
terjadi ketidakmampuan, timbullah stres. Menurut Hans Selye: Stres tidak selalu
merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu menjadi terganggu dan kewalahan
serta menimbulkan distres, barulah stres itu merupakan hal yang merugikan, sedangkan,
·
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola
psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang
dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya nyeri) atau disabilitas (yaitu
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai dengan
peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association 1994 ).Sehingga dapat
disimpulkan bahwa stress adalah salah satu sebab yang menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, dan gangguan jiwa adalah akibat yang ditimbulkan oleh stress itu
sendiri.
·
Gangguan jiwa adalah GANGGUAN KESEIMBANGAN
NEUROTRANSMITTER di otak (Neurotransmitter adalah hormone yang dibuat dalam
otak di SISTEM LIMBIK)
Sistem Limbik (atau otak Paleomammalian) ada satu set struktur otak termasuk hipokampus, amigdala, nukleus thalamic anterior, septum, korteks limbik dan forniks, yang tampaknya mendukung berbagai fungsi termasuk emosi, perilaku, memori jangka panjang, dan penciuman.
Sistem Limbik (atau otak Paleomammalian) ada satu set struktur otak termasuk hipokampus, amigdala, nukleus thalamic anterior, septum, korteks limbik dan forniks, yang tampaknya mendukung berbagai fungsi termasuk emosi, perilaku, memori jangka panjang, dan penciuman.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setiap individu pasti pernah mengalami stres dan Manusia juga haruslah mampu
dan pandai beradaptasi terutama pada wanita. Karena wanita sangat rentan dan
mudah mengalami stres.Dari masa remaja, pranikah, kehamilan, melahirkan,
nifas menyusui dan menopuse.
Stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan, ketegangan,
emosi dan lain-lain yang menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi seseorang.
Sedangkan Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan dari
persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.
Gangguan
jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
(misalnya nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area
fungsi yang penting) atau disertai dengan peningkatan resiko kematian yang
menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American
Psychiatric Association 1994 ).Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress adalah
salah satu sebab yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, dan gangguan jiwa
adalah akibat yang ditimbulkan oleh stress itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.berbagimanfaat.com/2011/09/mekanisme-dan-respon-tubuh-terhadap.html
http://kaskus-forum.blogspot.com/2011/11/gangguan-jiwa-depresi-berawal-dari.html
http://kaskus-forum.blogspot.com/2011/11/gangguan-jiwa-depresi-berawal-dari.html
http://keluargacemara.com/psikologi/stres-dan-penanggulangannya.html
Hawari Dadang 2001;Heerdjan Soeharto 198 ; Maramis, 1999; Cornelli Vincent; Brecht Grant 2000;Desminiarti Sri Kusmiati 1990; W.A.Gerungan 1996; Potter & Perry, 1992; Kuntjoro, 2002; Gunarsa, 2002; Maspaitela, 2004; Keliat, 1999; Lazarus,1985; Stuart dan Sundeen,1995; Folkman, 1985; Townsend, 1996;
Hawari Dadang 2001;Heerdjan Soeharto 198 ; Maramis, 1999; Cornelli Vincent; Brecht Grant 2000;Desminiarti Sri Kusmiati 1990; W.A.Gerungan 1996; Potter & Perry, 1992; Kuntjoro, 2002; Gunarsa, 2002; Maspaitela, 2004; Keliat, 1999; Lazarus,1985; Stuart dan Sundeen,1995; Folkman, 1985; Townsend, 1996;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar