BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan
penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala besar.
Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan
dengan proses yang melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi mikroorganisme
kadang-kadang disebut mikrobiologi industri, suatu bidang yang lama dan sudah
diperbaharui pada beberapa tahun terakhir ini karena penambahan teknik rekayasa
genetika.
Mikrobiologi industri merupakan suatu
usaha memanfaatkan mikroba sebagai komponen untuk industri atau
mengikutsertakan mikroba dalam proses, yang bertujuan untuk menghasilkan produk
bernilai ekonomi dan bermanfaat. Mikrobiologi industri awalnya dimulai dengan
proses fermentasi alkohol, seperti pada pembuatan “beer” dan “wine” (minuman
dibuat dari buah anggur). Proses mikrobial dikembangkan untuk produksi bahan
farmasi seperti antibiotika, produksi makanan tambahan seperti asam amino,
serta produksi enzim, dan produksi industri kimia seperti butanol dan asam
sitrat (Dwidjoseputro, 1992).
Tidak semua mikroorganisme yang ada
dapat digunakan dalam industri. Mikroorganisme yang diisolasi dari alam
memperlihatkan pertumbuhan sel seperti komponen fisiologi utamanya, sedangkan
mikroorganisme industri merupakan organisme yang dipilih secara hati-hati
sehingga dapat membuat satu atau banyak produk khusus. Bahkan jika
mikroorganisme industri merupakan salah satu yang sudah diisolasi dengan teknik
tradisional, mikroorganisme tersebut menjadi organisme yang sangat ‘termodifikasi”
sebelum memasuki industri berskala-besar (Suriawiria, 1995). Penentuan produk
industri menggunakan jasa mikroorganisme sangat tergantung dari sifat-sifat
mikroorganisme yang dipilih. Mikroorganisme yang dipilih harus memenuhi
kriteria-kriteria, antara lain: memiliki sifat-sifat yang stabil, mampu tumbuh
pesat, tidak patogenik, memiliki sifat potensial menjamin proses
biotransformasi berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Mikroorganisme yang terpilih ini berupa galur-galur unggul. Sedangkan penentuan
media dan bagian pengendali proses lainnya disesuaikan dengan spesifikasi sifat
mikroorganisme serta enzim-enzimnya (Haffandi, 2011). Berdasarkan latar
belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mikrobiologi industri
yang meliputi mikroorganisme yang berperan dalam mikrobiologi industri,
faktor-faktor dan syarat-syarat yang harus dipenuhi serta bagaimana peranan
mikroba sebagai penghasil produk dalam bidang industri.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan
beberapa masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1.2.1
Mikroorganisme apa
saja yang berperan dalam industri?
1.2.2
Faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi mikroorganisme dalam industri?
1.2.3
Apakah syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri?
1.2.4
Bagaimana peranan
mikroba dalam mikrobiologi industri?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan tulisan ini
adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui mikroorganisme apa saja yang berperan
dalam industri.
1.3.2 Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi mikroorganisme dalam industri.
1.3.3 Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam proses mikrobiologi industri.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana peranan mikroba dalam
mikrobiologi industri.
1.4 Manfaat Penulisan
Ø Bagi Mahasiswa
Dapat
menambah pengetahuan mengenai mikroorganisme yang berperan dalam penghasil
produk di bidang industri, faktor-faktor yang mempengaruhi proses mikrobiologi
industri serta syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi
industri.
Ø Bagi Masyarakat
Dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai proses-proses yang terjadi
dalam pembuatan berbagai produk olahan yang dalam pembuatannya menggunakan
bantuan mikroorganisme.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1
Mikroorganisme yang Berperan dalam Industri
1)
Bakteri
Ada berbagai macam bakteri yang berperan penting dalam
industri khususnya proses fermentasi, antara lain sebagai berikut (Anonim,
2010):
1.
Acetobacter acetii
Bakteri ini penting dalam produksi asam asetat yang mengoksidasi alkohol
sehingga menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan
tapai yang melewati 2 hari fermentasi akan menjadi berasa asam.
2.
Acetobacter xylinum
Bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter
xylinum mampu mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang
dihasilkan berupa pelikel yang mengambang di permukaan substrat. Bakteri ini
juga terdapat produk kombucha yaitu fermentasi dari teh.
3.
Bacillus sp.
Bacillus sp.
merupakan genus dengan kemampuan yang paling luas. Pada mulanya hanya digunakan
untuk menghasilkan enzim amilase. Namun kini berkembang untuk bioinsektisida
yang diwakili Bacillus thuringiensis maupun untuk penanganan limbah Bacillus
subtilis dan Bacillus megaterium. Melalui rekayasa genetika, kini
bakteri ini juga digunakan untuk produksi bahan baku plastik ramah lingkungan.
4.
Bividobacterium sp.
Bakteri ini bersifat anaerob dan digunakan sebagai mikroba probiotik. Produk
probiotik dari bakteri ini biasanya berbentuk padat.
5.
Lactobacillus sp.
Bakteri ini cukup populer karena selain dapat digunakan dalam produksi asam
lakat juga berperan dalam fermentasi pangan seperti yogurt, saurkeraut dan juga
produk probiotik yang saat ini banyak diminati masyarakat. Probiotik merupakan
mikrobia yang dikonsumsi untuk mengatur flora usus. Asam laktat dari bakteri
ini dapat dibuat poli asam laktat sebagai bahan baku plastik ramah lingkungan.
1)
Khamir
Khamir ada yang yang bermanfaat dan ada pula yang
membahayakan manusia. Khamir banyak dimanfaatkan dalam bidang industri yaitu
proses fermentasi pada pembuatan roti, bir, wine, vinegar dan sebagainya.
Khamir yang tidak diinginkan adalah yang ada pada makanan dan menyebabkan
kerusakan pada saurkraut, jus buah, sirup, molase, madu, jelly, daging dan
sebagainya.
Khamir yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya
sebagai berikut (Black, 2002):
1.
Saccharomyces
cerevisiae,
merupakan khamir yang paling populer dalam pengolahan makanan. Khamir ini telah
lama digunakan dalam industri wine dan bir. Dalam industri pangan, khamir
digunakan dalam pengembang adonan roti dan dikenal sebagai ragi roti.
2.
Saccharomyces roxii, adalah khamir yang digunakan dalam
pembuatan kecap dan berkontribusi pada pembentukan aroma.
1)
Jamur
Jamur
yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Pelczar,
1988):
1.
Aspergillus niger. Jamur ini digunakan dalam pembuatan
asam sitrat. Asam sitrat merupakan salah satu asam organik yang banyak
digunakan dalam bidang industri pangan misalnya pada pembuatan permen dan
minuman kemasan. Jamur ini sering mengontaminasi makanan misalnya roti tawar.
2.
Rhizopus oryzae. Jamur ini penting pada pembuatan
tempe. Aktivitas jamur Rhizopus oryzae menjadikan nutrisi pada tempe siap
dikonsumsi manusia. Aktivitas enzim yang dihasilkan menjadikan protein terlarut
meningkat. Produk tempe kini juga telah dikembngkan menjadi isoflavon yang
penting bagi kesehatan.
3.
Neurospora sitophila.
Jamur ini merupakan
sumber beta karoten pada fermentasi tradisional. Produk oncom yang dikenal di
Jawa Barat adalah hasil fermentasi yang dilakukan Neurospora sitophila.
Produksi spora untuk sumber beta karoten yang dapat disubstitusikan pada
makanan juga telah diteliti. Selain mampu memberikan asupan, beta karoten juga
merupakan sumber warna yang cukup menarik.
4.
Monascus purpureus. Jamur ini dikalangan mikrobiolog
jarang dikenal karena produk yang dihasilkan. Mula pertama jamur ini ditemukan
di Jawa namun menjadi produk utama Cina dengan nama angkak. Angkak adalah
fermentasi pada beras. Jamur ini menghasilkan pewarna alami yang umumnya
digunakan pada masakan Cina. Saat ini telah ditemukan adanya zat aktif pada ngkak
yang dapat membantu kesehatan dan telah dikemas dalam bentuk kapsul.
5.
Penicillium sp. Jamur ini paling terkenal karena
kemampuannya menghasilkan antibiotika yang disebut pensilin. Sejak pertama kali
dikenal terus digunakan sampai sekarang. Jamur pengasil antibiotika saat ini
telah banyak diketahui sehingga ragam antibiotik pun semakin banyak. Selain itu
pembuatan antibiotika, spesies yang lain juga digunakan dalam pembuatan keju
khusus.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri
Kegiatan mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungannya.
Perubahan dilingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi
dan fisiologi mikroorganisme. Beberapa golongan mikroorganisme resisten
terhadap perubahan lingkungan karena dengan cepat melakukan adaptasi dengan
lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi pertumbuhan
mikroba antara lain (Anonim, 2010):
a)
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan
mikroba. Beberapa mikroba mampu hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait
dengan suhu pertumbuhan maka dikenal suhu minimum, maksimum dan optimum. Suhu
minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan mikroba masih
berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan mikroba.
Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan
mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisisologi yang paling rendah.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan
menjadi 3 golongan, yaitu psikofil, mesofil dan termofil.
· Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh
pada suhu antara 0o C-30o C, dengan suhu optimum 15OC.
Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di daratan maupun dilautan.
· Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum
antara 25-37oC, dengan suhu minimum 15oC dan suhu
maksimum antara 45-55oC. Mikroba ini biasa hidup pada tanah dan
perairan.
· Mikroba termofil mempunyai suhu
pertumbuhan antara 40-75oC, dengan suhu optimum 55-60oC.
b)
Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu.
Pada umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi
dibandingkan jamur. Banyak mikroba yang tahan tahan hidup dalam keadaan kering
untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora dan mentuk-bentuk
Krista.
c)
pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil,
neurofil, dan alkalifil. Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH
antara 2,0-5,0. Mikroba neutrofil adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran
pH 5,5-8,0 sedangkan mikroba alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5.
Bakteri memerlukan pH 6,5-7,5, khamir memerlukan pH 4,0-4,5, sedangkan jamur
mempunyai kisaran pH yang luas.
d)
Ion-ion logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar
yang sangat rendah dapat bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar
rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam dapat mengganggu sistem enzim sel.
Misalnya Hg++ akan bergabung dengan gugus sulfidril (-SH) dalam
enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan terhambat
aktivitasnya. Ion-ion Li++ dan Zn++ bersifat toksik bagi Lactobacillus
dan Leuconostoc, namun demikian jika Ph diturunkan maka peracunan Li++
dan Zn++ dapat dikurangi.
e)
Iradiasi
Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan
kemampuan penetrasi yang besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan
radiasi pengion terutama pada bidang farmasi, kedokteran,proses industri, serta
digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet dan
sinar gamma.
· Sinar UV yang paling efektif dalam
membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki panjang gelombang yang dekat
dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar dengan panjang
gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap oleh oksigen
atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV
gelombang panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya
untuk menunjukkan adanya pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang
pendingin yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk
menunda pertumbuhan mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas
2 mW/cm2 terhadap pseudomonas pada daging dapat mengurangi kecepatan
pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan dengan kontrol, dan akan menjadi
75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm2.
· Sinar gamma, iradiasi gamma telah
digunakan sebagai metode dalam pengawetan pangan di beberapa Negara seperti
Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia sendiri baru dilakukan dalam
skala laboratorium. Proses dilakukan dengan penyinaran pangan dengan
menggunakan kobalt radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi
fungsi metabolisme dan fragmentasi DNA yang dapat mengakibatkan kematian sel
mikroba sehingga memperbaiki kualitas mikrobiologis pangan dengan mengurangi
jumlah jasad perusak dan pathogen.
Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi,
sebab di alam jarang dijumpai mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi
selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain. Interaksi antar mikroba dapat
terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua sel
protozoa) atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel
protozoa). Dua sel yang ukurannya sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang
lebih sama, sebab susunan molekul suatu sel pada umumnya relatif sama. Berbeda
halnya jika ukuran sel berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang
ribuan kali lebih besar daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan
nutrisinya. Contohnya interaksi antar Pseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus
lactis yang menyebabkan terjadinya warna biru pada susu.
2.3
Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri
Dari segi
perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat kimia yang mampu melakukan
perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan mentah dan mengubah bahan
mentah menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam
proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005):
a.
Organisme
Organisme
yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup
banyak. Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri yaitu
harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang
relatif singkat, memiliki sifat-sifat genetik yang stabil, mampu menghasilkan
substansi yang menarik, serta dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat
panjang di laboratorium. Mikroba yang digunakan dalam industri adalah kapang,
khamir, bakteri, dan virus.
b.
Medium
Substrat
yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus murah dan
tersedia dalam jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung
nutrisi dari industri persusuan dan industri kertas untuk menghasilkan
bahan-bahan yang bernilai tinggi.
c.
Hasil
Fermentasi
industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai
200.000 liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen
yang terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak,
komponen-komponen medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme
yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-metode yang mudah
dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir
yang diinginkan.
d.
Tidak berbahaya bagi
manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan tumbuhan.
e.
Bersifat non-patogen
dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat di-inaktifkan.
f.
Mudah dipindahkan
dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme pertama kali
dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan mahal
untuk industri skala-besar.
g.
Mikroorganisme lebih
disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari biakan
dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah). Sehingga,
fungi, ragi, dan bakteri berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel, berukuran
kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.
h.
Mikroorganisme
industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa genetika pada mikroba
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya
mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan
tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba
prebiotik untuk makanan olahan), untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan
kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel pankreas yang
mempu mensekresi Insulin digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam
Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid
diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan.
2.4
Peranan Mikroba dalam Mikrobiologi Industri
A.
Produksi Bahan Kimia Farmasi yang Bernilai Komersil
1. Antibiotika
Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan
dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Perkembangan antibiotika
sebagai zat untuk pengobatan penyakit infeksi lebih banyak mempengaruhi
penggunaan obat dibandingkan dengan perkembangan antibiotik itu sendiri.
Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder. Meskipun hasilnya relatif
rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi karena aktivitas
terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik tinggi, oleh karena
itu antibiotika dibuat secara komersial melalui fermentasi mikroba. Beberapa
antibiotika dapat disintesis secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan
kimia antibiotika dan cenderung menjadi mahal, maka tidak memungkinkan sintesis
secara kimia dapat bersaing dengan fermentasi mikroorganisme.
Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi
berfilamen dan oleh bakteri kelompok Actinomycetes. Seringkali, sejumlah
senyawa kimia berhubungan dengan keberadaan antibiotika, sehingga dikenal
famili antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan berdasarkan struktur
kimianya. Sebagian besar antibiotika digunakan secara medis untuk mengobati
penyakit bakteri, meskipun sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi.
Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan
nilai penjualan hampir mendekati $ 5 milyar.
Tabel 1: Beberapa antibiotika yang dihasilkan secara
komersial
Antibiotika
|
Mikrorganisme penghasil
|
Tipe mikroorganisme
|
Basitrasin
Sefalosporin
Kloramfenikol
Sikloheksimid
Sikloserin
Erytromisin
Griseofulvin
Kanamisin
Linkomisin
Neomisin
Nistatin
Penisilin
Polimiksin
B
Streptomisin
Tetrasiklin
|
Bacillus subtilis
Cephalosporium sp.
Sintesis
senyawa kimia (dulu oleh Streptomyces
venezuelae)
Streptomyces griseus
Streptomyces orchidaceus
Streptomyces erythreus
Penicillium griseofulvin
Streptomyces kanamyceticus
Streptomyces lincolnensis
Streptomyces fradiae
Streptomyces noursei
Penicillium chrysogenum
Bacillus polymyxa
Streptomyces griseus
Streptomyces rimosus
|
Bakteri
pembentuk-spora
Fungi
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
Fungi
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
Fungi
Bakteri
pembentuk-spora
Actinomycete
Actinomycete
Actinomycete
|
a) Pencarian Antibiotika Baru
Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000, dan beberapa ratus
antibiotika ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai
bahwa berbagai antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan
terhadap kelompok mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus.
Sekali diketahui urutan struktur gen mikroorganisme penghasil-antibiotika,
dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan pembuatan antibiotika baru.
Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui screening.
Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme
penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya
isolat tersebut diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan yang diffusible,
yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk
pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau berhubungan dengan
bakteri patogen.
Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi antibiotika adalah metode
gores silang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan program pemisahan
arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika
yang dihasilkan termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil
antibiotika baru, antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan
diuji toksisitas dan aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi.
Sebagian besar antibiotika baru gagal menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah
kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah antibiotika baru ini
sering digunakan dalam pengobatan dan dihasilkan secara komersial.
Tabel 2. Klasifikasi antibiotika sesuai dengan struktur
kimianya
Antibiotika
|
Contoh
|
1. Antibiotika
mengandung-karbohidrat
- Gula murni
- Aminoglikosida
- Ortosomisin
- N-glikosida
- C-glikosida
- Glikolipid
2. Lakton
makrosiklik
- Antibiotik
makrolida
- Antibiotik polien
- Ansamisin
- Makrotetrolida
3. Quinon dan
antibiotika yang berhubungan.
- Tetrasiklin
- Antrasiklin
- Naftoquinon
- Benzoquinon
4. Antibiotika
peptida dan asam amino
- Turunan asam
amino
- Antibiotik
b-laktam
- Antibiotik
peptida
- Kromopeptida
- Depsipeptida
- Peptida
pembentuk-selat
5. Antibiotika
heterosiklik mengandung nitrogen
- Antibiotika
nukleosida
6. Antibiotika
heterosiklik mengandung oksigen
- Antibiotika
polieter
7. Turunan
alisiklik
- Turunan
sikloalkan
- Antibiotika
steroid
8. Antibiotik
aromatik
- Turunan benzen
- Antibiotika
aromatik terkondensasi
- Eter aromatik
9. Antibiotika
alifatik
- Senyawa
mengandung fosfor
|
Nojirimisin
Streptomisin
Everninomisin
Streptotrisin
Vankomisin
Moenomisin
Eritromisin
Kandisidin
Rifamisin
Tetranaktin
Tetrasiklin
Adriamisin
Aktinorodin
Mitomisin
Sikloserin
Penisilin
Basitrasin
Aktinomisin
Valinomisin
Bleomisin
Polioksin
Monensin
Sikloheksimida
Asam fusidat
Kloramfenikol
Griseofulvin
Novobiosin
Fosfomisin
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar